On Becoming 50 (sebuah catatan pribadi perjalanan memasuki usia 50 tahun)
Pada saat usia saya mencapai 40 tahun saya pernah menulis
di blog saya: What is on being 40 if you can swim. Iyaa.. Saya belajar bernang
pada saat usia saya mencapai 40 tahun. Privat dengan seorang pelatih renang tentara..
Meskipun hasilnya saya engga jago jago amat, tapi saya sekarang beneran bisa
bernang..
Life after 40 baik baik saja.. Setelah berhenti bekerja kantoran,
saya sempat kuliah S2 di Universitas Hasanudin Makassar jurusan Komunikasi Massa. Dan I
am doing very well.. Sayang kemudian kuliah terhenti karena saya harus pindah
ke Denpasar.
Saya mengurus anak-anak dan suami dengan baik, professional
(artinya engga main-main.. :))
dan sangat perhatian. Iya.. saya selalu serius kalau melakukan apapun.. Itu mungkin yang
menyebabkan saya merasa kehilangan banyak rutinitas mengurus keluarga pada saat
anak saya satu persatu meninggalkan rumah untuk tinggal dikota lain dan suami
juga bertugas dikota yang berbeda dengan tempat tinggal saya
Tapi saya gak akan cerita hal yang miserable tentang empty
nest syndrome itu. A family doesn't always mean we are living under the same
roof.. And of course kids have to go their own way. Your children are not your
children, They are the sons and daughters of life’s longing to itself, They
come through you but not from you. And though they are with you yet they belong
not to you. (Kahlil Gibran).
Oh iyaa.. I am doing yoga. Since years back.. Dan saya
merasa harus menyebutkannya karena it is leading to one significant change in
my life.
Sekitar tahun 2013 tempat yoga kesukaan saya di Bandung,
Yoga Leaf, mengadakan pelatihan self healing bersama Reza Gunawan. Dan saya
sengaja ikut.. tertarik karena pernah membaca metode penyembuhan holistic yang
diajarkannya. Sebetulnya ini bukan pertama kali saya ikut belajar hal-hal
seperti ini. Awalnya waktu tinggal di Bali, kantor tempat suami saya bekerja
mengundang Prof. Luh Ketut Suryani untuk mengenalkan meditasi kepada
istri-istri pegawainya. Cara penyampaiannya sungguh memikat sehingga kala itu sayapun langsung jatuh
cinta.. Seolah-olah badan saya memiliki kemistri dengan hal yang disebut
meditasi. Bagi saya meditasi bukan bertujuan untuk mengalihkan diri kita atau
untuk menghentikan segala pemikiran yang berkecamuk, karena our mind cannot
stop producing thought.. hellooo… tapi justru untuk lebih memahaminya untuk
lebih berteman dengan diri sendiri.. Ya begitu lah yaa.. kalau membahas
meditasi juga harus ada satu tulisan tersendiri.. :) :)
Tapi memang sepertinya saat itu lingkaran disekitar saya
berada membawa saya untuk juga mengenal Reiki. Saya ikutan juga pelatihan reiki
barengan seorang teman yang memang sudah praktisi.
Betul kan seperti yang sering saya tulis, the wind blow
me to many directions.. And I always allowing myself to be absorbed by the wind
to carry me over to its destination…
Lalu kembali ke belajar self healing. Jadi saya ikutan belajar sama Reza Gunawan untuk menyembuhkan diri sendiri. Ya
ampuun saya belajar penyembuhan secara holistic. Saya belajar mengenal titik
titik dalam tubuh. Dan itu ternyata sangat memberi banyak manfaat untuk saya
sendiri Pada awal massa belajar saya masih rajin berlatih self healing tapi
lama kelamaan saya hanya melakukan self healing pada saat saya memerlukannya aja
terutama kalau merasa kelelahan. Jadi bisa dibilang sekarang saya lebih
mengenal tubuh saya sendiri dan mengerti apa yang harus saya lakukan jika tubuh
memberi signal-signal khusus.. So listen to your body friends..
Lalu my other turning point diusia saya yang saat itu late 40 adalah memahami
pola makan yang benar. Saya belajar dari dokter yang super galak didunia. Dr,
Tan Shot Yen. Dokter perempuan yang sangat passionate (you can google her.. :)) Sayapun menjadi faham
bahwa jenis makanan yang kita makan sangat besar pengaruhnya kepada kesehatan
kita secara menyeluruh. Jadi kemudian saya dengan patuh merombak pola makan
saya.. Awal awalnya mengganti karbohidrat dengan raw karbohidrat berupa sayuran
dan buah. Menghindari mengkonsumsi tepung, gula, minyak beserta turunannya.
Saya makan normal.. ikan, ayam, telur, sayur2an.. tapi dengan cara pengolahan
yang berbeda. Berat badan saya waktu itu sempat turun.. Lama kemudian setelah
itu saya mulai memberi kelonggaran untuk tubuh saya. Artinya saya jadi mengerti
makanan apa yang baik untuk saya konsumsi. Istilah Let’s the food be your
medicine itu saya setuju banget. Habis itu saya juga akhirnya jadi mengenal
para pegiat plant based food yang sebagian adalah ibu2 yang aduuh masih muda
banget kelihatannya dan sangat passionate menebarkan virus makan sehat.
Sekarang, saya merasa bahwa saya berada dalam kondisi yang terbaik. Artinya.. saya merasa lebih tentram karena saya lebih bersahabat dengan diri saya sendiri, saya memiliki pengetahuan untuk bisa mengobati diri sendiri yang artinya menjauhi masuknya pengobatan secara kimia. Saya mengerti tubuh saya sendiri.. Saya mengerti bagaimana seharusnya saya memilih dan mengolah makanan… Berat badan saya juga cukup ideal.. Saya berolahraga secara teratur. Banyak yang bilang bahwa saya kelihatan lebih muda dari umur saya.. Itu mungkin karena mereka kenal saya baru baru aja kali ya.. Atau sekedar pujian.. Biarin aja.. Girl friends always support each other by saying nice words.. :) :)
Saya juga giat dengan hobi motret. Awalnya belajar dasar
dasar pemotretan dari Ayang Kalake. Temen SMA, anak Padhyangan yang
photographer professional. Lama kelamaan lumayan lah motretnya agak bagus kalo
untuk ukuran ibu ibu kaya saya mah. Selain itu saya juga jadi passionate
memotret makanan sehat saya dan menyebarkannya di social media. Dampak bagusnya
beberapa teman kerap menghubungi saya untuk nanya nanya tentang pola makan dan
resep makanan. Ada yang untuk menurunkan kolesterol, ada yang untuk sekedar
menurunkan berat badan, Ada juga yang hampir tiap hari kirim pm untuk nanya
tentang resep masakan untuk anaknya yang over weight. Kadang saya diminta
presentasi tentang cara bikin smoothies.. Saya seneng-seneng aja.. Yang
terpenting saya sudah bisa memberi kebaikan untuk orang-orang yang ada
disekitar saya meskipun sekecil apapun..
Untuk penampilan.. saya juga tidak mengecewakan kok.. :). I have my own style laaah.. :) Bisa tampil cantik kalau diperlukan untuk tampil cantik.. Masih suka tampil gaya juga.. Kulit muka saya rawat dengan pemakaian krim pagi dan krim malam (standar kan ini yaa. )
Yes I have wrinkles, grey hair, sun spots.. Tapi gimana lagi.. Kan memang sudah waktunya bukan... Untuk penampilan cantik kekurangan dimuka karena pengaruh umur bisa ditutupin pake concealer, bikin shading, bikin kontur.. Haha.. Tapi gak usah lah keseringan dandan nanti jadi terlalu cantik.. Haha..
Yes I have wrinkles, grey hair, sun spots.. Tapi gimana lagi.. Kan memang sudah waktunya bukan... Untuk penampilan cantik kekurangan dimuka karena pengaruh umur bisa ditutupin pake concealer, bikin shading, bikin kontur.. Haha.. Tapi gak usah lah keseringan dandan nanti jadi terlalu cantik.. Haha..
Lalu tentang anak-anak yang dimasa sepuluh tahun yang
lalu masih menjadi pusat perhatian saya, sekarang mereka sudah menjalani
kehidupannya dengan lebih mandiri. Diaddra, anak pertama, an Aeronautical Engineer,
sekarang sedang menapaki awal karirnya sebagai Flight Operation Controller di dunia penerbangan nasional. Saya ingat suatu saat pernah mengobrol dimeja makan saat dia pulang kerumah tentang complicatednya operasional penerbangan di Indonesia. Saya bilang: semoga kamu nanti bisa berbuat sesuatu ya Addra.. And there he goes.. Bismillah.. Terimakasih alam semesta.. Yang kedua,
Devara, hopefully will be graduated by this year from Economic Science.. Insha Allah.. Aamiin.. dan Dristand, my soulmate kesayangan ibu, is doing good.. Dia terdaftar sebagai photographer di majalah sekolahnya dan bertugas meliput setiap kegiatan sekolah. Tulisannya juga dimuat di majalah edisi bulan Juni ini. Hei Dristand.. ibu tuh berbunga-bunga lho saat nulis ini.. :)
Satu hal yang belum kesampaian.. Saya pengen menari jawa.. Dulu saya kan belajar menari Jawa dan guru yoga saya di Iyengar Yoga pernah bilang kalau badan saya lentur. Tapi suami melarang katanya kalau mau cari kegiatan pilih kegiatan yang lain aja.. Ah dia mah begitu orangnya..
Sebagai penutup.. Sampai di usia 50 ini Alhamdullilah saya menjalaninya dengan baik
dan mempelajarinya. Semua yang terjadi saya pelajari, semua yang saya inginkan
untuk terjadi juga saya pelajari. Saya lebih yakin dengan diri saya sendiri,
dengan apa yang saya inginkan untuk terjadi.
Hati saya lapang. Saya beribadah. Saya bersyukur.
Yet I have another expectation.. I want to write my other
post on my becoming 60.. Really wish me a good luck.
Namaste.
Namaste.
Semarang, on my birthday 29 Juni 2016
By: Inne Nurul Hadiati
@ all pictures in this blog are mine.
I have only one word about this page: Beautiful....
BalasHapusThank you Niniiing.... Love....
HapusWoww...Barokalloohu fii umriik yaa sist inne..Aamiin...btw..ajarin nulis duunk..bagus niiy tulisannya..😉
BalasHapusWoww...Barokalloohu fii umriik yaa sist inne..Aamiin...btw..ajarin nulis duunk..bagus niiy tulisannya..😉
BalasHapus