Solo Travelling ke Bromo. Menikmati Bromo Dikala Senja.
Dear Kana.. Someday I will take you here.. |
Hari Senin pagi saya tiba di Bandara Juanda dari Jakarta jam 07.00 dan dijemput kendaraan yang disewa berdasarkan rekomendasi dari my sibling runners jika mereka perlu kendaraan untuk track lari Bromo Tengger Semeru dan Ijen.. Nah sewa kendaraan ini juga yang menjadi kunci utama kenapa saya memutuskan untuk melakukan perjalanan ke Bromo meskipun seorang diri. Sehari sebelumnya saya sudah janjian dengan pengendara mobil sewa untuk mengantar saya ke Madura dengan beberapa destination list hasil googling seperti Bukit Kapur Jaddih, Bukit Palalangan dan beberapa bukit lain termasuk didalamnya ke Bebek Goreng Sinjay. Lalu awalnya saya juga berencana mengunjngi Malang. Untuk destinasi yang saya juga tidak terlalu yakin.. :) Saat perjalanan ketempat rapat suami, Pak Anang, driver mobil sewa, menyarankan saya untuk ke Bromo saja karena daftar destinasi saya di Madura itu menurutnya biasa-biasa saja. Saat dimobil masih dengan suami, Pak Anang bercerita kesan-kesannya saat mengantar adik saya lomba lari. Kesan ini juga mungkin yang kemudian menjadikan suami saya mengijinkan saya pergi ke Bromo dengan ditemani Pak Anang. Driver yang baru dikenalnya.. Eh gak tau deh apakah dia memang melakukan pertimbangan itu atau engga.. hahaha.. Akhirnya setelah bertanya-tanya mengenai waktu tempuh PP Surabaya Bromo Surabaya dan lama waktu berkunjung ke Bromo maka saya memutuskan berangkat mengingat saya memang pengen sekali ke Bromo. Waktu tempuh Surabaya - Bromo via toll Porong, Pasuruan dan Purbalingga menurut perkiraan driver sekitar 3 jam. Lama waktu berkunjung antara 2-3 jam. Diperkirakan saya akan kembali ke Surabaya jam 21.00. Maka deal aja deh..
Setelah mengantar suami di daerah Ngagel, lalu saya langsung menuju Madura. Destinasinya: lewat Jembatan Suramadu dan kemudian sarapan Bebek Goreng Sinjay ditempat aslinya. Yeee... Pejalanan lumayan padat tapi tidak terlalu lama. Setelah akhirnya lewat juga ke Jembatan yang terkenal ini maka saya lngsung menuju ke Bebek Sinjay yang waktu tempuh dari jembatan sekitar 30 menit. Karena masih pagi rumah makannya baru buka dan pengunjungnya juga baru sedikit. Early bird vistors lah gitu. Saya pesan bebek goreng (pastinya) dan saat minta tambahan ati ampela ternyata omg dikasih satu porsi yang isinya sekitar 5 potong ati dan 5 potong ampela. Puas dan bahagia.. Bebeknya crispy dibagan luar tapi dagingnya lembut. Rasanya pass tidak lebih atau tidak kurang. Nasinya aja sih yang banyak sekali.. Bayarnya juga senang. 90 ribu untuk dua porsi bebek goreng ati ampela dan nasi including minum.
Lalu saya langsung siap-siap perjalana jauh yang menurut Google dari Pulau Madura ke Gunung Bromo akan ditempuh dalam waktu 4 jam 15 menit. Dan ternyata lalulintas Surabaya itu memng padat, belum lagi macet akibat perbaikan ruas toll Sidoarjo. Selewatnya macet perjalanan dirasa tidak teralu lama. Saya tiba sekitar jam 14.30an di meeting point tempat berpindah kendaraan ke Hardtop yang disewa untuk menjelajah Bromo area. Pak Anang yang mencarikan sewaannya. Harga sewa dan rincian biaya perjalanan saya tulis dibagian akhir ya.
Maka bergeraklah saya diatas mobil Hardtop hijau tentara diantar Riki, pengendara nya yang juga biasa memandu turis asing karena dia bisa berbahasa Inggris. Riki hanya lulus SMP tapi karena bekerja di Homestay yang banyak orang asingnya dia jadi pintar bahasa Inggris dan kemudian alih profesi jadi pemandu wisata. Pak Anang juga ikut mendampingi saya didalam Hardtop. Jadi bisa dibayangkan I am exploring Bromo with totally strangers. Pak Anang dan Riki.
Destinasi di Bromo yang akan didatangi adalah Bukit Teletubbies, Pasir Berbisik dan Puncak Kawah Merapi.
Saya ingin memberi gambaran terlebih dahulu mengenai kunjungan ke Bromo yang umumnya dilakukan dinihari untuk mengejar matahari terbit tapi saya memilih melakukan kunjungan di siang hari karena kecil kemungkinan saya melakukan perjalanan dinihari seorang diri. Intinya: gak ada yang nemenin.. :) Ada kelebihan dan kekurangan perjalanan disiang hari ini. Kekurangannya pasti engga ada sunrise, jadi engga bisa punya foto ala orang-orang yang pergi ke Bromo dan berfoto di Pananjakan dengan latar belakang Gunung Bromo, Gunung Batok dan Gunung Semeru yang diliputi sinar matahari pagi yang memerah dan kabut tebal dikaki gunungnya. Jadi saya rela engga punya foto ala
orang-orang lain.. Begitu juga dibeberapa tempat seperti Bukit Teletubbies dan Pasir Berbisik, Karena cahaya matahari jam 3 siang adalah terik maka saya juga rela engga punya foto bagus ala orang-orang sambil berpose melayang di Bukit Teletubbies.. Lha gimana.. backlighiting sih.. ;D Yang penting saya ke Bukitnya, melihat dan juga menikmati tebing indah memanjang didepan Bukit Teletubies itu. Ps: Saat turun disetiap destinasi saya selalu ditemani Riki pengendara Jeep Hardtop sewaaa yang juga meragkap fotografer.
Ini foto ala saya di Bukit Teletubbies |
Pasir Berbisik Foto berlatarbelakang Jeep Hardtop yang kurang mainstream |
Dari tempat ini saya membayangkan betapa jauh dan tinggi perjalanan yang harus saya tempuh. |
Anak tangga menuju Kawah |
Perlu diketahui juga bahwa setelah selesai menunggang kuda, kita masih harus menaiki anak tangga super cadas untuk tiba dibibir kawah Bromo.
View sore hari menjelang sunset |
sunrise. Saya jadi inget saat mengejar sunrise ke Puncak Sikunir Dieng itu ramainya bukan kepalang sampai bingung sendiri ini gunung atau apa sih. Pengunjung Bromo disore hari bertujuan untuk melihat golden sunset yang terlihat memerah dari sela sela pegunungan. Karena matahari tidak lagi terik jadi lereng gunung berpasir dan berbatupu terlihat lebih magis. Kebanyakan pengunjung adalah turis mancanegara. Saat saya disana sama sekali tidak terlihat turis lokal perempuan. Btw.. tiket masuk turis mancanegara itu berbeda dengan turis lokal. Kalau lokal tiket masuk kawasan Bromo adalah sebesar 25ribu, maka turis mancanegara sebesar 220ribu. Beda jauh yaa.. Turis-turis itu juga banyak diantaranya memang sengaja mencari golden sunset moment dengan menggunakan kamera yang besar-besar. Saya waktu itu juga bawa kamera menggunakan tripod yang akhirnya tripod itu bermanfaat sebagai climbing pole.. Haha.. Maaf yaa kalau tripodnya rusak bagian kakinya karena kena pasir gunung. (eh itu kan tripod aku deng,)) Jadi karena orangnya engga hiruk pikuk maka pemandanganpun lebih bisa dinikmati dengan seksama.
Pertama kali liat kawah volcano akif. Suaranya bergemuruh. Aroma belerang menyengat hidung. |
Saat itu terus terang saya merasa takut, Wagelaseh. Sendiri diantah berantah dan gak ada orang yang dikenal. Diperjalanan balik dengan hardtop menuju parkiran mobil saya juga didera rasa takut. Jalanan gelap dan sepi dengan 2 orang yang baru saja dikenal. Saya inget saat itu saya menggenggam keras tripod kamera. Sesampainya di gerbang kawasan Bromo tempat pengunjung membayar tiket perasaan saya mulai lega. Oh iya.. Si Riki sempat bertanya kesaya:" Ibu kok sendirian ke Bromo? Biasanya engga ada yang sendiri." Saya jelaskan saja kalau suami saya sedang bekerja di Surabaya lalu saya memanfaatkan waktu untuk berkunjung ke Bromo. dia maklum dan tidak bertanya lagi.
Jam 18.35 perjalanan Bromo berakhir dan kembali menuju Surabaya. Jam segitu tapi rasanya sudah gelap.
Aku pulaaang.. |
Saat perjalanan ini saya selalu melakukan Share Live Location di group WA keluarga. Share Live
Location bisa dilakukan untuk maksimal 8 jam. Setelah itu kembali kita update dengan tujuan agar posisi saya bisa diketahui oleh keluarga secara real time berdasarkan Global positioning System aka GPS. Dengan catatan selama handphone kita bisa menangkap sinyal GPS. Dan to my surprise signal telepon di kawasan bromo malah bagus sekali dibandingkan saat sebelum memasuki kawasan Bromo. Mungkin karena ada beberapa BTS terpasang didaerah Pananjakan yng membuat coverage di Bromo bisa baik. Mungkiin.. Saya kok mulai menganalisa teknis.
Caranya jika ingin mengaktifkan Share Live Location: Buka chatting room yang dikehendaki di WhatsApp. Tekan tombol "attach", pilih menu "Location" yang disimbolkan dengan peta, lalu pilih opsi "Share Live Location". Lalu pilih berapa lama kita ingin membagi lokasi real-time dan kemdian tekan "send". Ah pasti udah pada tau lah yaa..
Jam 21.15 saya sampai ke hotel, dan suami saya masih rapat. Nobody miss me.. :) #melasamat
Moral of the story: bepergian sendiri itu memerlukan keberanian atau setidaknya rasa percaya diri.
Gitu kurang lebih dari hasil diskusi saya sama temen. :)
Lalu saya juga harus menceritakan mengenai rincian biaya yang diperlukan untuk solo traveling ala saya ini. Tidak terlalu ekonomis memang.. tapi setidaknya bisa memberikan gambaran tentang anggaran yang diperlukan.
Sewa kendaraan tarif luar kota selama 12 jam : 600rb (diskon dari 700rb)
Bensin 150rb
Toll membayar sendiri menggunakan e-money sekitar 150rb
Sewa hardtop kawasan Bromo 700rb
Tunggangan kuda 150rb
Total biaya transportasinya sebesar kurang-lebih: 1.750rb (satu juta tujuh ratus lima puluh ribu rupiah)
Kurang ekonomis karena perjalanannya menjadi tergolong private tour.
Begitu pengalaman perjalanan saya ke Madura dan Bromo pulang pergi tanpa menginap.
Semoga bisa menginspirasi..
Me in my 52,
Next solo traveling: Bulukumba.
Saya mempunyai beberapa foto hasil bidikan 3 orang pendamping perjalanan saya: Pak Anang (driver car rental), Riki (driver Jeep Hardtop) dan pemilik kuda yang saya naiki. Masih muda, orangnya baik dan vegetarian.
Komentar
Posting Komentar