Postingan

Menampilkan postingan dari 2020

Jangan Beli Janda Bolong

Sepertinya saya harus segera menuliskan kekisruhan yang sedang terjadi didunia pertanaman. Iyaa kisruh banget, crowded, manipulated atau apalah apalah namanya.. Disclaimer dulu.. Ini saya menulisnya tanpa hard feeling bagi siapapun apakah penjual tanaman, penjual media media tanam, youtuber yang giat bikin posting tanaman mahal, atau penggemar tanaman yang rela merogoh kantong puluhan juta buat satu jenis tanaman. Jadi saya menulisnya dari kacamata saya sendiri. Kacamata lensa progresif bawah positif atas negatif. Bukaan.. maksudnya saya melihatnya dari sisi saya sebagai penggemar tanaman yang memelihara dan menumbuhkan tanaman. Sudah gemes rasanya saya ingin menuliskan keresahan saya tentang jajan tanaman yang jutaan rupiah atau bahkan puluhan juta rupiah. Iya.. sekarang harga tanaman lagi mahal semahal mahalnya. Tanaman hias lho ya. Tanpa kita sadari dunia pertanaman justru sedang mengalami krisis. Orang rela beli Monstera type Variegata dengan harga belasan jut

What Women Do During Corona Virus Pandemic

Gambar
Add caption Saya iseng banget mengamati perilaku ibu-ibu di musim pandemik ini. Mulai dari perburuan daster, mendadak baking, fenomena open PO, jajan panci dan nanem taneman. Hasilnya tulisan ringan berdasarkan penelaahan yang sederhana ini.. aka IMHO. Ibu-ibu yang jika kondisi aman tentram dan damai bisa meluangkan waktunya untuk bergaul, saat pandemik ini harus tetap berada dirumah. Ada yang turn into cooking, baking, menjahit, menanam tanaman atau jadi Tiktokers. Apa saja aktifitas yang membuat semangat dan bisa meningkatkan mood jiwa.. Termasuk berburu daster, jajan panci dan mendadak cinta tanaman. Berburu daster di era pandemik ini ternyata berat saudara-saudara. Kamu gak akan kuat. Kalau diawal pandemik ada beberapa pemilik rumah busana mengganti aktifitas mereka menjadi menjahit pakaian APD, belakangan ada banyak pengusaha pakaian jadi yang berjualan daster. Pastinya dengan embel-embel PO. Saya tidak pernah dalam sejarah memesan pakaian melalui PO. Atas dasar kepentingan apa se

Hatam Al Quran di Usia 53 Tahun

Gambar
Sebetulnya sudah sejak beberapa hari lalu saya mau menulis pengalaman ini. Pengalaman saat untuk pertama kalinya saya khatam Al Quran. Pengalaman pertama kali ikut tadarusan di bulan Ramadhan. Yes, saya pertama kali khatam Al Quran di usia 53 tahun. Jadi selama ini kamu kemana aja ? Eaa.. Perasaansaat itu mengharu biru. Pertama, karena saya menyimpan foto Kana dan Vita dihalaman doa khatmil Quran. Saya jadi berperasaan Oke this is for you girls. Everything will always be all right with both of you even you're miles away (mereka pan lagi di Melbourne).  Kedua.. Saya merasa terharu aja. sampai-sampai saya bilang ke suami: Pak ini khatam aku yang pertama kali lho. Di  usia 53 tahun. Hellooo.. jadi selama ini aku kemana aja? (pertanyaan ini sampai dua kali aku tulis). Suami saat itu menimpali: seharusnya sebelum menikah dulu saya harus sudah khatam Al Quran. Tapi saat dulu itu kan tidak ada yang membimbing, kalaupun ada mungkin saya belum mendapat hidayah kala itu.. Sekarang saya mau m