What Women Do During Corona Virus Pandemic

Add caption
Saya iseng banget mengamati perilaku ibu-ibu di musim pandemik ini. Mulai dari perburuan daster, mendadak baking, fenomena open PO, jajan panci dan nanem taneman. Hasilnya tulisan ringan berdasarkan penelaahan yang sederhana ini.. aka IMHO.

Ibu-ibu yang jika kondisi aman tentram dan damai bisa meluangkan waktunya untuk bergaul, saat pandemik ini harus tetap berada dirumah. Ada yang turn into cooking, baking, menjahit, menanam tanaman atau jadi Tiktokers. Apa saja aktifitas yang membuat semangat dan bisa meningkatkan mood jiwa.. Termasuk berburu daster, jajan panci dan mendadak cinta tanaman.

Berburu daster di era pandemik ini ternyata berat saudara-saudara. Kamu gak akan kuat. Kalau diawal pandemik ada beberapa pemilik rumah busana mengganti aktifitas mereka menjadi menjahit pakaian APD, belakangan ada banyak pengusaha pakaian jadi yang berjualan daster. Pastinya dengan embel-embel PO. Saya tidak pernah dalam sejarah memesan pakaian melalui PO. Atas dasar kepentingan apa sehingga mau pakai baju aja mesti ikut open PO? Tetapi, karena saya sudah fakir daster untuk dipakai sehari hari dirumah, maka saya menjadi tertarik untuk ikutan PO. Daster yang fotonya bagus, hanya bisa diorder di hari dan jam tertentu. Maka saya mengkhususkan diri pada hari dan jam itu untuk berburu daster. Saya pasang alarm karena siapa tau saya lupa. dan memang iya, tanpa alarm saya gak ingat kalau saya harus pasang ancang ancang mantengin daster. Satu persatu foto daster di upload. Terkuaklah kenyataan bahwa daster bisa diorder bila semua foto sudah diupload dan bila kode sudah dicantumkan. Jadi urutan sipenjual itu: upload foto tanpa kode, baru beberapa waktu kemudian kodenya dikeluarin. Saya gak habis pikir bagaimana caranya orang bisa put some orders dengan cepat sehingga begitu order saya terkirim jawaban yang saya terima adalah: Maaf Kak Sold Out Ya.. Lha mbaa.. Aku kan dari tadi standby nunggu persyaratan benar. Begitu benar kenapa mak jegagig kok Sold Out?

Trus ada cerita tentang panci. Mungkin pernah baca ya siapa aja disaat pandemik ini yang bertambah kaya. Dua diantaranya adalah pengusaha pemilik Zoom dan pemilik Amazon. Ditambah: pengusaha panci!! Berapa panci sudah kamu beli disaat wabah ini? Bukan sembarang panci lho.. Jadi siapa itu yang bilang kalau ekonomi Indonesia terpuruk kalau ibu-ibu rumahtangganya bisa beli panci dengan harga jutaan rupiah? Kalau pada saat normal, para perempuan akan menghabiskan sebagian dari uang jajannya untuk membeli baju, sepatu, tas dan peralatan make up, dijaman pandemik ibu-ibu beki panci yang bsa mengolah makanan dengan sehat. Ada beberapa merek yang mendadak jadi familiar banget karena sering dibahas di Instagram Stories, diantaranya aku sebut satu ajalah. Debellin. 

Debellin, Pero, Lodge.. Merek-merek panci yang menawarkan kelebihan dengan granite coating atau cast iron. Apa kelebihan dari ahan-bahan die cast alumunium atau granite coating itu? Eh ini saya bukan ahli perpancian yaa.. hanya mengamati aja.. Katanyaa.. teknologi panci itu menyimpan panas lebih lama, penggunaan api yang hemat, bisa semi presto, menggoreng tanpa minyak (ini mah standar ya), dan yang terpenting bebas PFOA. PFOA adalah zat beracun yang dapat memicu sel kanker. Bahan alat masak dilarang memiliki kandungan PFOA tersebut. 

Lalu harganya gimana? Ya mahal lhaa.. Harganya termurah sekitar 600 ribu untuk Fry pan dengan ukuran 20cm. Kalau yang cast iron harganya lebih mahal lagi karena berbahan dasar sejenis besi tempa. Katanya memasak jauh lebih sehat. Satu aja.. Lodge cast iron pan 12 inch harganya sekitar 1.6 juta rupiah. 

Selesai dengan ulasan panci, lalu ada kegiatan baking. Sampe ada yang nanya: Why is everyone baking? Is it a stress reliever? Mungkin karena jajan dirasa tidak leluasa, jadi banyak yang berkesperimen membuat sendiri penganan dirumah sehingga menyebabkan maraknya fenomena open order. Orang yang mau bisa memasak membuka pesanan makanan lalu orang yang males memasak bisa memesan makanan. Semua transaksi dilakukan online tanpa bertemu. Sebuah simbiosis mutualisme yang membuat bahagia. Apa betul Tuhan sudah mengatur pandemk ini untuk terjadi disaat yang tepat bagi manusia? 

Lalu last but not least (sebel banget ya kalau ada tulisan pake kalimat last but not least), hobi tanaman. Yang tadinya gak nanem, sekarang nanem. Yang tadinya gak belajar hidroponik sekarang belajar hidropinik. Yang tadinya engga nanem lele, eh sekarang nanem lele didalam ember diatasnya dikasih pohon kangkung. Dipikir-pikir rajin sekali ya. Buat ketahanan pangan oke lah.. tapi lele kan bersihinnya juga geli. Iya gak sih.. 

Balik mengenai tanaman. Saya sudah pernah ngebahas sih beberapa waktu lewat saat orang sudah mulai menanam tanaman yang berkiblat ke barat. Bukan ke barat sebagaimana orang Islam solat ya. Tapi maksudnya ke luar negeri. Jika berkiblat kepada jenis tanaman ala Pinterestnya orang luar negeri, maka akan kelihatan deh bayak yang nanam Rubber Fig aka Karet Kebo, dan Fiddle Leaf Fig aka Ketapang Biola. Khusus dua tanaman itu aja ya..  Kenapa kita ngikutin ngumpulin tananam yang dinegara kita sendiri termasuk tanaman yang tumbuh besar di kebun yang batang kayunya akan semakin besar dan besar. Orang-orang di luar negeri tentu akan merasa tertantang untuk nanem tanaman sejenis itu karena itu adalah tanaman tropis yang jika berhasil membuatnya tumbuh dengan subur apalagi didalam rumah, itu adalah suatu achievement yang luar biasa. Sama halnya dengan ketika kita di Indonesia berhasil menanam dan merawat tanaman succulent sampai besar (ada gak ya), ya itu suatu achievement karena dinegaranya succulent tumbuh liar aja bentuknya udah bagus banget dan membesar. Sama juga seperti English Ivy. English Ivy itu tanaman rambat yang tergolong weeds yang menjalar-jalar liar dipagar kesana kemari. Dan kita di Indonesia(termasuk saya) berusaha sekuat tenaga untuk menanamnya. Perlu effort.. karena temperatur udara yang panas tidak stabil akan mudah mempengaruhi kelembaban tanah yang ujungnya tanaman akan membusuk atau kering.  Makanya saya sudah insap untuk menanam succulent dan English Ivy. Biarkan mereka hidup di negaranya sebagimana kita membiarkan ketapang biola dan ketapang kebo hidup dipinggir jalan gak ada yang perhatian. 

Oh satu lagi. Orang jadi seneng main sepedaan yaa.. Saya juga mau laah .. Pake sepeda lipat paling cocok yaa... 

Salaaam

Serpong, 6/23/2020

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mencari Gedung Pernikahan Untuk Semi Outdoor Wedding di Sekitar BSD

Merancang Sendiri Dekorasi Untuk Pernikahan Dan Perkiraan Biaya Yang Diperlukan.

KOPI EVA Sensasi Ngopi Asik di Jalur Jogja - Semarang.