Ke Dieng Mengejar Matahari Terbit Di Bukit Sikunir
Ini ceritanya agak panjang lebar yaa....
Kedua.. Dieng dan sekitarnya itu pemandangannya indaaaah.. Engga brenti-brenti saya mengagumi keindahan lereng gunungnya dari saat perjalanan awal menuju dataran tinggi Dieng sampai perjalanan pulang kembali. Perlu dicatat yaa.. Saya itu orangnya gampang sekali bahagia kalau liat sesuatu yang indah atau kalau apa aja deh.. Saya orangnya easy like a sunday morning...
Sekarang balik dari awal yaa ceritanya...
Sebetulnya sudah lama saya memendam keinginan untuk mengunjungi Dieng, apalagi dengan pertimbangan mumpung lagi tinggal didaerah Jawa Tengah yang pastinya jauh lebih mudah dalam hal waktu dan jarak tempuhnya dibandingkan jika saya sedang tinggal di bagian lain di Indonesia. Saya juga senang mendatangi tempat-tempat kunjungan wisata yang lokasinya berada di wilayah tempat saya tinggal. Jadi suatu saat nanti jika saya pindah ke kota lain di wilayah yang lain saya sudah punya pemetaan yang baik didalam otak saya tentang tempat-tempat indah dan wajib dikunjungi di daerah Jawa Tengah. Jadi begitu ada kemungkinan sekeluarga bisa kumpul saya langsung memutuskan untuk pergi ke Dieng.. dan semua ternyata gak ada yang menyampaikan keberatan.. Jangan-jangan mereka juga sama kaya saya.. memendam keinginan mengunjungi Dieng.
Lalu saya mulai mencari tempat penginapan. Untuk sekedar catatan.. cukup susah mencari tempat menginap secara online lewat internet. Ada beberapa yang saya peroleh dari hasil browsing.. dan semuanya penuh untuk waktu itu. Mungkin karena bertepatan dengan long weekend dan saya nyari informasinya baru beberapa hari sebelum keberangkatan. Tempat menginap yang disebutkan di internet kebanyakan tidak ada fotonya nya.. sehingga agak sulit untuk melihat kondisi sesungguhnya dari penginapan itu. Contohnya seperti Penginapan Bu Jono yang banyak disebut para travel blogger. Saya sempat menghubungi tempat itu dan kamar tidak tersedia untuk tanggal yang saya minta. Belakangan saya tau ditempat Bu Jono itu adalah semacam losmen yang memiliki tourist information centre.. No wonder saya melihat beberapa wisatawan asing ditempat itu. Tempat itu juga menjadi semacam meeting point bagi para pendaki yang menunggu waktu untuk mendaki ke Gunung Prau. Tempatnya sederhana. Pengelolanya, Pak Kelik, sangat baik dan bersedia memberikan rekomendasi tempat menginap lainnya. Penginapan Bu Jono dan banyak penginapan yang lain berlokasi di Km 26. Di tempat ini merupakan pusatnya tempat penginapan dan fasilitas komersial seperti tempat makan, penjual perlengkapan naik gunung (topi, syal, sarung tangan) dan satu mini market Indomaret deh kalo gak salah.. yang pembelinya antriiii...
Gapura Dieng Plateau dari teras depan Hotel King;s Dieng. |
Satu catatan lagi mengenai tempat menginap: sebetulnya di km 26 ada beberapa penginapan besar yang kondisinya baik.. Sayangnya agak sulit memperoleh informasi untuk pengunjung yang baru pertama kali akan datang ke Dieng. Penginapan-penginapan itu kebanyakan belum dipasarkan secara online. Ini tantangan nih ya buat pihak yang tertarik mengelola wisata Dieng. Baru beberapa tempat aja yang memberikan layanan wifi.. Kalau sinyal coverage telepon seluler sih cukup baik diwilayah ini..
Jadiii .. km 26 itu lokasinya di pusat keramaian, km 24 di gerbang gapura Dieng Plateau dan km 7 di daerah Wonosobo. Untuk yang pertama kaliakan berkunjung.. jika mencari penginapan tanyakan juga letak pastinya.. Karena banyak juga penginapan yang berlokasi di daerah Wonosobo. Waktu tempuh Wonosobo-Dieng kurang lebih 1 jam. Daan pastinya udaranya gak sesejuk Dieng..
Sekarang perjalanan dari Semarang menuju Dieng..
Mengikuti anjuran Google.. perjalanan dari Semarang ke Dieng dilalui melalui jalur Bawen - Ambarawa dan kemudian berbelok kearah menuju Temanggung dengan perhentian untuk coffee loading di Starbuck rest area Toll Ungaran dan makan siang di Kopi Eva. Sengaja memilih tempat makan di Kopi Eva supaya kedua anak yang tinggal dikota lain bisa juga mencicipi makanan dan minuman yang pernah saya ceritakan di blog saya.
Jalur selama melalui Temanggung biasa-biasa saja.. Pemandangan mulai tidak biasa setelah berbelok melalui jalan yang tidak terlalu besar.. Kadang Google memang suka ngasih jalur asik dengan pemandangan indah.. Jalur yang kami lalui ini merupakan jalan kecil dengan pemandangan lereng gunung dikiri kanan... Indaaah.. Jalanannya sepii .. kadang melewati perumahan penduduk. Di kiri kanan jalan banyak tanaman bunga terompet yang sedang dipenuhi bunga yang bermekaran. Saya sempat ragu bener gak siih jalannya lewat situ. tapi anak saya bilang kalau dia sudah familiar dengan pemandangan pedesaan itu karena pernah melihat rekaman video drone yang dibuat temannya. Ya sudah.. aman.. :) Begitulah ademnya kalau bepergian barengan..
Sampai di Kawasan Dieng sekitar jam 4 sore.. Tadi berangkat dari Semarang sebelum jam 12 siang. Sesampainya di hotel sempat nanya-nanya tentang beberapa destinasi yang akan dituju ke penjaga hotelnya. Yaitu Bukit Sikunir untuk melihat matahari terbit, Batu Ratapan Angin dan Telaga Warna. Petugas hotel menawarkan jasa pemandu sebesar 500 ribu. Jasanya mencakup menujukkan lokasi tujuan, mencarikan tempat parkir dan termasuk juga karcis masuk. Rata-rata setiap destinasi diminta retribusi masuk sebesar 10 ribu. Sebetulnya sebelumnya anak saya sudah bilang tidak memerlukan jasa pemandu.. dan saya nanya-nanya juga hanya sekedar ingin menyamakan pengalaman tentang informasi jasa pemandu dengan yang pernah saya baca di travel blog. jadi kami memang tidak menggunakan jasa pemandu wisata.
Maka mulailah anak saya yang mengambil alih kendali exploring Dieng.. Ibu dan bapak tinggal duduk manis,
Selesai nyimpen barang bawaan di hotel, lalu kita memutuskan untuk makan malam lebih awal
supaya bisa beristirahat lebih awal juga mengingat esoknya kita harus bangun jam 3 pagi untuk bersiap-siap ke Bukit Sikunir. Dari tempat menginap ke lokasi tempat makan di Km 26 harus berkendara selama 10 menit.. Hampir semua kedai makan menawarkan menu mi ongklok dan tempe goreng yang disebut tempe kemul. Mi Ongklok itu sejenis mi rebus dengan kuah kental dan dimakan dengan sate daging sapi.. Lho kok mirip mi rebus Medan sih.. kok bisa?? Lalu tempe kemul itu adalah sejenis tempe mendoan.. tempenya agak tipis dan terbuat dari sejenis tempe gembos.. Setelah jalan-jalan melihat-lihat.. (suasanya rame lho di Km 26 itu.). Random akhirnya memutuskan untuk makan di salah satu kedai bernama Cafe Selera. Dipilih karena tempatnya bersih dan saat itu pengunjungnya tidak banyak. Engga terlalu salah sih memilih kedai itu karena makanannya cukup enak,, dengan rasa yang benar. Ada empat orang yang bertugas melayani dan memasak dan kelihatannya mereka satu keluarga. Dan yang pentingnya lagi makanan diolah mendadak sehingga disajikan masih dalam keadaan panas.. Dieng itu dingiiiin.. Jadi makanan dan minuman ya harus segera disantap sebelum keburu dingin dan gak enak...
Selesai makan kami mampir dulu disalah satu penjual sarung tangan dan sempet juga membuktikan seperti yang saya baca di travel blog bahwa hanya ada satu indomaret dan pembelinya antriiii sampe panjang.. hihii...
Catatan lagi .. Karena udara dingin make sure untuk membawa pakaian yang memberikan rasa hangat,, saya tidur pake celana training, kaos kaki, baju lengan panjang ditambah selimut tebal yang dibawa dari rumah. Lumayan anget..
Jam 3 dinihari semua bangun.. Setelah minum minuman hangat dan makan roti (saya bawa kopi dan teh sendiri dari rumah dengan cangkir kaleng sendiri.. haha.. Ibu rempong banget. Anak saya bilang ibu sampe bawa gelas sendiri.. :) Setelah menyeruput teh dan kopi panas maka kitapun berangkat.. Jalanan didepan penginapan ternyata keadaannya rame dengan kendaraan melintas menuju Dieng. Mereka itu pengunjung yang tidak menginap.. tapi berkendara malam hari dengan memperhitungkan tiba di Dieng sebelum matahari terbit.
Perjalanan menuju Bukit sikunir lancar jaya sampai tiba-tiba terihat antrian kendaraan yang memanjang.. Udara jam 3.45 pagi itu dingiiin lho.. dan jam segitu kita stuck menuju sebuah bukit demi mau melihat matahari terbit.. Saat itu kabut juga tebal dan terasa basah.. Jam 4 kendaraan masih stuck dan mulai ada yang memposisikan parkir dipinggir jalan lalu turun dan berjalan kaki. Akhirnya kitapun ngikutin,, putar balik arah lalu parkir ditempat yang agak lebar. Semua kooperatif.. Dristand, anak bungsu saya, sama sekali tidak mengeluh.. Mungkin karena dia juga bahagia dikelilingi kakak-kakaknya.. Jadi akhirnya dengan bahagia kita jalan diantara kedaraan-kendaraan yang masih berharap jalur didepannya bakalan melaju kedepan.. Cukup jauh juga jalannya sampai di base camp menuju Bukit Sikunir.. dan memang gak ada harapan deh mobil-mobil itu.. karena memang sudah penuh didepannya.. sungguh diluar dugaan bahwa pengunjungnya akan sebanyak itu.. Jalur menanjak menuju Bukit Sikunir juga padat.. dikiri-kanan jalur masuk banyak penjual kentang goreng.. Kan memang daerah Dieng merupakan penghasil kentang dari kebun- kebun dilereng gunungnya. Saya sempet beli kentang goreng panasnya.. enak.. apalagi panas-panas.. hihi.. jadinya gak penasaran kan karena sudah mencicipi kentang goreng Dieng..
Dengan sedikit perjuangan (sedikiiit? saya berulang kali bilang ke anak saya.. untung ibu suka
olahraga.. untung ibu suka olahraga.. :) ) menanjak karena ngantri dan ramai.. sampailah juga di puncak Bukit Sikunir yang super ramai, Waktu itu cuaca berkabut tebal jadi sudah sangat dipastikan tidak akan bisa melihat matahari terbit.. Tapi kabut putih gelapnya juga terlihat indah diantara pepohonan.. Karena suasananya ramai jadi kita tidak berlama-lama diatas.. Kembali turun dengan antrian.. Sesampainya di base camp dalam perjalanan kembali menuju tempat kendaraan diparkir, hujan mulai turun.. dan anak saya bilang ibu sama bapak naik ojek aja.. Akhirnya sayapun naik ojek.. Horeee.. dan memang ternyata parkirnya itu cukup jauh lho.. lha tadi pagi kok gak terasa ya jalan sejauh itu..
Karena tadi pagi itu keadaan sekelilingnya gelap dan tidak ada rambu-rambu.. kita tidak menyadari kalau parkir disekitar Pusat Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi.. Tempat yang seharusnya tidak boleh berlama-lama berada disekitarnya karena kemungkinan terhirupnya gas beracun. Ada petugas yang kelihatannya panik karena banyak kendaraan yang parkir disitu.. Lha tadi pagi itu apakah gak ada petugas? Saya tanyakan kenapa tidak ada rambu-rambu peringatan bahaya.. Petugasnya malah berdalih jika rambu-rambu seperti itu dikhawatirkan akan membuat takut masyarakat dan petani sekitarnya.. Lha.. untuk alasan safety seharusnya kan tidak ada kata kompromi Pak.. Ini mungkin satu catatan juga ya kenapa pengelola tenaga pans bumi itu tidak memberikan rambu-rambu di sekitar daerah yang harus dihindari...
Tempat tujuan kedua adalah Kawah Sikidang; Kawah Sikidang lokasinya dijalur keluar dari wilayah Bukit Sikunir. Frankly speaking saya gak terlalu tertarik untuk ikutan mendekat.. karena bau belerangnya tercium kuat.. (harus pake masker.. kalau gak bawa bisa beli di penjual yang menjajakan masker disekitar situ). Pemandangannya sih cukup bagus.. kawahnya berada di tempat yang cukup datar sehingga yang berminat mendekat bisa dengan mudahnya naik sampai agak keatas .. dan disitu juga sudah disiapkan jalan setapak. Anak saya Devara tuh yang semangat.. heran kok dia suka banget sama kawah..
Setelah Kawah Sikidang tujuan selanjutnya adalah Batu Ratapan Angin.. Lokasinya tidak terlalu jauh dari Kawah Sikidang.. Tempat ini adalah tempat untuk melihat telaga warna dari atas.. Kalau cuaca cerah pemandangannya baguuus sekali.. Beruntung saya sempet dapet pemandangan telaga warna sebelum tertutup kabut tebal.. Niat untuk mendatangi telaga warna akhirnya diurungkan karena semua sepakat untuk merasa males setelah melihat pengunjung yang ramai..
Lokasi tujuan wisata Dieng yang tadi saya lalui itu tempatnya berada di satu jalur.. Jadi cukup mudah menjangkaunya dan banyak juga rambu penunjuk jalan ke lokasi. Sebetulnya pemandu wisata menurut saya gak perlu-perlu amat. Sinyal coverage telepon seluler juga baik.. jadi jangan takut nyasar lah ya..
Karena tujuan utama ke Dieng memang ingin menyaksikan matahari terbit diatas bukit.. jadi sekali lagi semua sepakat untuk tidak mengunjungi tempat yang lainnya lagi seperti beberapa candi yang ada di didataran tinggi Dieng. Jam 10 kita sudah kembali ke Hotel. Mandi dan pulaaang.. Jalur pulang kali ini melalui kota wonosobo karena mau mampir makan Mi Ongklok Pak Muhadi. Mi Ongklok ini jauh lebih enak daripada yang saya cobain di Km.26 Dieng.
Jam 4 sore kita sudah sampai kembali dengan selamat di Semarang.. Perjalanannya Semarang - Dieng - Semarang ditutup dengan secangkir hazelnut latte dan hot yuzu tea di kedai kopi Spiegel kawasan Kota Tua Semarang. Di kedai ini juga ada the best gelatto in town lho..
Terlalu cepet sih waktu kebersamaannya kalau menurut saya.. Besok paginya the two boys have to catch their morning flight back to Jakarta..
Perjalanan yang menyenangkan.. Bukan hanya karena akhirnya kita jadi pergi ke Dieng yang pemandangannya indah.. tapi karena as always.. saya selalu menikmati momen kebersamaan keluarga. Saya sangat menikmati mendengarkan ketiga anak lelaki dan suami saya berbincang tentang segala hal.. Disaat seperti itu saya lebih banyak mendengarkan sambil merasa takjub sendiri karena obrolannya kadang terlalu teknis. Sesekali saya ikut nimbrung sambil mata ini tetap memandangi pesona keindahan alam diluar jendela. Disaat hati saya adem seperti itu saya memilih berdiam diri aja.. Otak saya damai.. Kadang saya terlelap.. karena their noises are my best lullaby ever..
Dan saya akan kembali ke Dieng mengejar matahari terbit di Bukit Sikunir..
Semarang, 12/18/2016
Sekarang perjalanan dari Semarang menuju Dieng..
Mengikuti anjuran Google.. perjalanan dari Semarang ke Dieng dilalui melalui jalur Bawen - Ambarawa dan kemudian berbelok kearah menuju Temanggung dengan perhentian untuk coffee loading di Starbuck rest area Toll Ungaran dan makan siang di Kopi Eva. Sengaja memilih tempat makan di Kopi Eva supaya kedua anak yang tinggal dikota lain bisa juga mencicipi makanan dan minuman yang pernah saya ceritakan di blog saya.
Jalur selama melalui Temanggung biasa-biasa saja.. Pemandangan mulai tidak biasa setelah berbelok melalui jalan yang tidak terlalu besar.. Kadang Google memang suka ngasih jalur asik dengan pemandangan indah.. Jalur yang kami lalui ini merupakan jalan kecil dengan pemandangan lereng gunung dikiri kanan... Indaaah.. Jalanannya sepii .. kadang melewati perumahan penduduk. Di kiri kanan jalan banyak tanaman bunga terompet yang sedang dipenuhi bunga yang bermekaran. Saya sempat ragu bener gak siih jalannya lewat situ. tapi anak saya bilang kalau dia sudah familiar dengan pemandangan pedesaan itu karena pernah melihat rekaman video drone yang dibuat temannya. Ya sudah.. aman.. :) Begitulah ademnya kalau bepergian barengan..
Sampai di Kawasan Dieng sekitar jam 4 sore.. Tadi berangkat dari Semarang sebelum jam 12 siang. Sesampainya di hotel sempat nanya-nanya tentang beberapa destinasi yang akan dituju ke penjaga hotelnya. Yaitu Bukit Sikunir untuk melihat matahari terbit, Batu Ratapan Angin dan Telaga Warna. Petugas hotel menawarkan jasa pemandu sebesar 500 ribu. Jasanya mencakup menujukkan lokasi tujuan, mencarikan tempat parkir dan termasuk juga karcis masuk. Rata-rata setiap destinasi diminta retribusi masuk sebesar 10 ribu. Sebetulnya sebelumnya anak saya sudah bilang tidak memerlukan jasa pemandu.. dan saya nanya-nanya juga hanya sekedar ingin menyamakan pengalaman tentang informasi jasa pemandu dengan yang pernah saya baca di travel blog. jadi kami memang tidak menggunakan jasa pemandu wisata.
Maka mulailah anak saya yang mengambil alih kendali exploring Dieng.. Ibu dan bapak tinggal duduk manis,
Selesai nyimpen barang bawaan di hotel, lalu kita memutuskan untuk makan malam lebih awal
Cafe Selera. Salah satu option tempat makan di Km. 26. Tempatnya bersih dan pelayanannya baik. |
Selesai makan kami mampir dulu disalah satu penjual sarung tangan dan sempet juga membuktikan seperti yang saya baca di travel blog bahwa hanya ada satu indomaret dan pembelinya antriiii sampe panjang.. hihii...
Catatan lagi .. Karena udara dingin make sure untuk membawa pakaian yang memberikan rasa hangat,, saya tidur pake celana training, kaos kaki, baju lengan panjang ditambah selimut tebal yang dibawa dari rumah. Lumayan anget..
Jam 3 dinihari semua bangun.. Setelah minum minuman hangat dan makan roti (saya bawa kopi dan teh sendiri dari rumah dengan cangkir kaleng sendiri.. haha.. Ibu rempong banget. Anak saya bilang ibu sampe bawa gelas sendiri.. :) Setelah menyeruput teh dan kopi panas maka kitapun berangkat.. Jalanan didepan penginapan ternyata keadaannya rame dengan kendaraan melintas menuju Dieng. Mereka itu pengunjung yang tidak menginap.. tapi berkendara malam hari dengan memperhitungkan tiba di Dieng sebelum matahari terbit.
Perjalanan menuju Bukit sikunir lancar jaya sampai tiba-tiba terihat antrian kendaraan yang memanjang.. Udara jam 3.45 pagi itu dingiiin lho.. dan jam segitu kita stuck menuju sebuah bukit demi mau melihat matahari terbit.. Saat itu kabut juga tebal dan terasa basah.. Jam 4 kendaraan masih stuck dan mulai ada yang memposisikan parkir dipinggir jalan lalu turun dan berjalan kaki. Akhirnya kitapun ngikutin,, putar balik arah lalu parkir ditempat yang agak lebar. Semua kooperatif.. Dristand, anak bungsu saya, sama sekali tidak mengeluh.. Mungkin karena dia juga bahagia dikelilingi kakak-kakaknya.. Jadi akhirnya dengan bahagia kita jalan diantara kedaraan-kendaraan yang masih berharap jalur didepannya bakalan melaju kedepan.. Cukup jauh juga jalannya sampai di base camp menuju Bukit Sikunir.. dan memang gak ada harapan deh mobil-mobil itu.. karena memang sudah penuh didepannya.. sungguh diluar dugaan bahwa pengunjungnya akan sebanyak itu.. Jalur menanjak menuju Bukit Sikunir juga padat.. dikiri-kanan jalur masuk banyak penjual kentang goreng.. Kan memang daerah Dieng merupakan penghasil kentang dari kebun- kebun dilereng gunungnya. Saya sempet beli kentang goreng panasnya.. enak.. apalagi panas-panas.. hihi.. jadinya gak penasaran kan karena sudah mencicipi kentang goreng Dieng..
Wefie di Bukit Sikunir.. :) |
Dengan sedikit perjuangan (sedikiiit? saya berulang kali bilang ke anak saya.. untung ibu suka
olahraga.. untung ibu suka olahraga.. :) ) menanjak karena ngantri dan ramai.. sampailah juga di puncak Bukit Sikunir yang super ramai, Waktu itu cuaca berkabut tebal jadi sudah sangat dipastikan tidak akan bisa melihat matahari terbit.. Tapi kabut putih gelapnya juga terlihat indah diantara pepohonan.. Karena suasananya ramai jadi kita tidak berlama-lama diatas.. Kembali turun dengan antrian.. Sesampainya di base camp dalam perjalanan kembali menuju tempat kendaraan diparkir, hujan mulai turun.. dan anak saya bilang ibu sama bapak naik ojek aja.. Akhirnya sayapun naik ojek.. Horeee.. dan memang ternyata parkirnya itu cukup jauh lho.. lha tadi pagi kok gak terasa ya jalan sejauh itu..
Ternyata diatas bukit juga bisa seramai ini yaa.. |
Tempat tujuan kedua adalah Kawah Sikidang; Kawah Sikidang lokasinya dijalur keluar dari wilayah Bukit Sikunir. Frankly speaking saya gak terlalu tertarik untuk ikutan mendekat.. karena bau belerangnya tercium kuat.. (harus pake masker.. kalau gak bawa bisa beli di penjual yang menjajakan masker disekitar situ). Pemandangannya sih cukup bagus.. kawahnya berada di tempat yang cukup datar sehingga yang berminat mendekat bisa dengan mudahnya naik sampai agak keatas .. dan disitu juga sudah disiapkan jalan setapak. Anak saya Devara tuh yang semangat.. heran kok dia suka banget sama kawah..
Add caption |
Aneka jenis kentang yang dijual di sekitar kawah Sikidang. |
Setelah Kawah Sikidang tujuan selanjutnya adalah Batu Ratapan Angin.. Lokasinya tidak terlalu jauh dari Kawah Sikidang.. Tempat ini adalah tempat untuk melihat telaga warna dari atas.. Kalau cuaca cerah pemandangannya baguuus sekali.. Beruntung saya sempet dapet pemandangan telaga warna sebelum tertutup kabut tebal.. Niat untuk mendatangi telaga warna akhirnya diurungkan karena semua sepakat untuk merasa males setelah melihat pengunjung yang ramai..
Pemandangan Telaga warna dilihat dari atas batu ratapan angin. |
Telaga Warna saat tertutup kabut tebal. |
Danau berkabut. |
Lokasi tujuan wisata Dieng yang tadi saya lalui itu tempatnya berada di satu jalur.. Jadi cukup mudah menjangkaunya dan banyak juga rambu penunjuk jalan ke lokasi. Sebetulnya pemandu wisata menurut saya gak perlu-perlu amat. Sinyal coverage telepon seluler juga baik.. jadi jangan takut nyasar lah ya..
Mi Ongklok Pak Pak Muhadi, Wonosobo |
Karena tujuan utama ke Dieng memang ingin menyaksikan matahari terbit diatas bukit.. jadi sekali lagi semua sepakat untuk tidak mengunjungi tempat yang lainnya lagi seperti beberapa candi yang ada di didataran tinggi Dieng. Jam 10 kita sudah kembali ke Hotel. Mandi dan pulaaang.. Jalur pulang kali ini melalui kota wonosobo karena mau mampir makan Mi Ongklok Pak Muhadi. Mi Ongklok ini jauh lebih enak daripada yang saya cobain di Km.26 Dieng.
Jam 4 sore kita sudah sampai kembali dengan selamat di Semarang.. Perjalanannya Semarang - Dieng - Semarang ditutup dengan secangkir hazelnut latte dan hot yuzu tea di kedai kopi Spiegel kawasan Kota Tua Semarang. Di kedai ini juga ada the best gelatto in town lho..
Terlalu cepet sih waktu kebersamaannya kalau menurut saya.. Besok paginya the two boys have to catch their morning flight back to Jakarta..
Perjalanan yang menyenangkan.. Bukan hanya karena akhirnya kita jadi pergi ke Dieng yang pemandangannya indah.. tapi karena as always.. saya selalu menikmati momen kebersamaan keluarga. Saya sangat menikmati mendengarkan ketiga anak lelaki dan suami saya berbincang tentang segala hal.. Disaat seperti itu saya lebih banyak mendengarkan sambil merasa takjub sendiri karena obrolannya kadang terlalu teknis. Sesekali saya ikut nimbrung sambil mata ini tetap memandangi pesona keindahan alam diluar jendela. Disaat hati saya adem seperti itu saya memilih berdiam diri aja.. Otak saya damai.. Kadang saya terlelap.. karena their noises are my best lullaby ever..
Dan saya akan kembali ke Dieng mengejar matahari terbit di Bukit Sikunir..
Semarang, 12/18/2016
Komentar
Posting Komentar