I Think Next Time I Have To Watch My Mouth.


From where I do my morning walk.
Dalam hidup ini banyak sekali pertanyaan yang tidak pernah saya lontarkan ke lawan bicara saya jika dia adalah bukan teman yang memang saya kenal. Jika dalam pembicaraan seseorang tidak memberikan cerita tentang dirinya.. biasanya saya tidak pernah bertanya. Seperti salah satu contoh pertanyaan seperti ini: Suami kerja dimana? Nah. Itu pertanyaan yang seumur hidup tidak pernah saya tanyakan keorang yang baru saya kenal atau yang tidak begitu dekat. Meskipun saya kerap mendapat pertanyaan serupa. Saya tidak akan balik bertanya. Banyak jenis pertanyaan yang kalau menurut saya berada di lapisan yang kalau saya engga tau juga bukan masalah. Seperti gini.. Rumahnya dimana? yang lalu akan dilanjutkan dengan pertanyaan:  rumah waktu itu belinya berapa? atau pertanyaan seperti: rumah sendiri? Pertanyaan seperti itu apa coba manfaatnya untuk diri penanya?
Meskipun dalam kehidupan memang ada jenis manusia yang berpola pada kepemilikan. Orang serta merta akan menilai jika people with less ownerships are those who get less happiness. And those people will also easily get impressed by people with wealth. Mungkin kepemilikan adalah goal dari kebanyakan manusia. Lalu saya jadi bertanya kediri sendiri goal saya apa? Kenapa saya tidak setengah mati mengejar kepemilikan jika sebagian besar orang beranggapan bahwa semakin tinggi tingkat kepemilikannya maka seseorang adalah bahagia dan berhasil? Otak saya itu tidak right on its position atau gimana ya.. Orang macam apa saya iniiii...  Oh baiklah.. Sepertinya saya jadi kemana-mana deh ini pembahasannya..

Padahal tadi hanya mau bilang bahwa lain kali saya harus lebih berhati-hati dengan pertanyaan basa basi.. hahaha.. Kadang pertanyaan-pertanyaan itu juga muncul akibat ada challenge..  atau karena ada umpannya juga. Lalu  otak memproses bahwa ok that question is save to issue.. maka terjadilah sebuah pertanyaan yang terlontar.. Tapi saya janji akan lebih  hati-hati dan jangan sekali-sekali berkaca pada diri sendiri.. wkwkwk..

Mungkin masih bingung kan ini aku mau cerita apa..
Kemarin saat jalan pagi.. Saya ketemu teman lama, teman SMA dan orangnya rame .. Temen saya yang rame ini sedang barengan dengan seorang temannya.. Tiba-tiba saja dia menchallenge saya untuk menebak umur teman barengannya itu.. Hmm sebetulnya saya engga terlalu impress sih sama temen barengannya.. Biasa-biasa aja.. Tapi karena courtesy.. saya merasa I have to make her happy.. Maka saya bilang pasti umurnya keren.. (I cant guess actually..). And after that I got the right answer.. Jawabannya adalah bahwa ibu-ibu temannya itu berusia 63 tahun. Wow.. or not so wow.. haha you know me.. I am not easily pleased. Makaaa merujuk dari itu dan melihat dari diri sendiri (I won't do this again, I promise), dengan riang gembira saya tanya.. Cucunya udah berapaa... Hahha.. Kalau menurut saya itu pertanyaan wajar.. Karena telah melalui proses pertimbangan dan perhitungan. Usia saya 51, udah punya mantu dan probability akan punya cucu kan tinggi. Lalu dibandingkan dengan usia 63.. which is more than ten years from me.. pikiran saya menjadi kurang cerdas untuk mengira-ngira tingkat keberhasilan percucuan. Maka ketika dengan polos dan cengengesan saya bertanya udah punya cucu berapaaaa... Teman saya.. yang real teman saya.. yang tadi menchalange saya menebak umur kemudian membantunya menjawab: "belum punya..." Nah.. harusnya saya engga nanya pertanyaan itu kaan.. Ya sudah.. titik aja. Belakangan saya berpikir bisa saja seseorang tidak menikah. 

Lalu selang sehari.. Terjadi pertanyaan serupa lagiii.. Karena saya selalu berjalan pagi ditempat yang sama, maka sesama pelaku jalan pagi menjadi saling mengenal. Setelah saling bertegur sapa seusai berjalan kaki menanyakan berapa putaran, berapa jarak tempuh dan berapa waktu tempuh.. Mungkin dia impress.. (ada berapa kata impress dalam tulisan ini) karena dalam waktu rata-rata 1 jam saya bisa menyelesaikan 6 km lebih. Lalu saya jadi diwawancara berapa umur saya... yang akhirnya saya juga malah diminta dia untuk menebak umurnya.. Belum kelihatan terlalu tua.. Tebakan saya sih memang masih 50an.. Tapi ternyata jawabannya umurnya sudah 63 tahun juga. Sama seperti umur ibu-ibu yang saya ceritakan diatas.. :D  Karena pembicaraan jadi bertanya tentang jumlah anak.. saya juga bilang dooong kalau sudah punya mantu. Nah.. kurang cerdasnya lagi saya malah balik nanya: sudah punya mantu juga? Ketika jawabannya: belum dan kemudian dia memberi penjelasan bahwa dia telat menikah.. Disitu saya merasa memang saya kurang cerdas.. hahaha.. Lain kali gak usah tanya-tanya soal mantu lah.. cucu lah atau apalah.. Tanya aja: biasanya ngopi dimana? Ngomongin tempat ngopi  sepertinya memang yang paling asik.




Serpong.
3:51 pm
1/24/2017

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mencari Gedung Pernikahan Untuk Semi Outdoor Wedding di Sekitar BSD

Merancang Sendiri Dekorasi Untuk Pernikahan Dan Perkiraan Biaya Yang Diperlukan.

KOPI EVA Sensasi Ngopi Asik di Jalur Jogja - Semarang.