Don't Give Money To The Art
Don't Give Money To The Arts.
Saya mungkin kelihatannya menyeng menyeng sering cengengesan, tapi saya selalu mengamati apa yang menarik perhatian saya.
Saya bukan orang seni tapi kesukaan saya melihat objek yang indah membuat saya jadi sering memperhatikan gambar gambar yang bagus termasuk lukisan.
Saat di British Council back to 1980s, saya jatuh hati dengan gambar lukisan yang ada di buku yang saya baca. Bukunya lupa judulnya tapi bercerita tentang lukisan lukisan. Salah satu lukisan yang menarik perhatian saya adalah ukisan bangau bangau kecil bertengger diatas pohon. Ketika saya ceritakan perihal lukisan yang saya lihat keteman saya, ternyata lukisan itu adalah karya ayahnya. Lukisan Bangau karya H. Widayat, seorang pelukis dekoratif magis yang lukisannya banyak membuat objek yang sangat detail.
Pembaca yang gak kenal jangan salah duga, cerita lukisan ini tidak membawa saya berakhir kepelaminan dengan anak pak pelukis.
Hashtag: blessing in disguise.
Jika saya bepergian, saya kerap mengunjungi museum.
Saya tau di Singapore National Galery ada lukisan Raden Saleh yang sangat besar berjudul Forest Fire. Dua macan, dua kerbau yang sedang melarikan diri dari kejaran api yang berkobar dibelakangnya.
Ada sketsa lukisan berjudul Roses, karya Basoeki Abdullah dengan tulisan tangan yang ditujukan untuk seseorang yang sedang dalam perawatan tumor di RS. Persahabatan. Keren sekali ya.
Ada juga lukisan Temple Festival in Bali karya Le Mayeur.
I took pictures of those paintings.
Ada satu lukisan yang saya suka sekali. Lotus In The Breeze. Cantik sekali.. Dan saya punya book devider bergambar Lotus In The Breeze..
Yang paling bikin pengen nangis itu waktu ke Louvre.
Oh ya baiklah, orang ke Louvre cuma mau foto di piramid, tapi saya malah berburu lukisan yang ingin sekali saya liat..
Tujuan utamanya pasti Monalisa dong. If you know the story behind Monalisa, masa iya gak penasaran banget. Dan gak semua orang juga kali diberi curiosity untuk melihat hal hal yang menurut sebagian orang diluar nurul. Ah lukisan doang.. Eiiit gak begitu pak Bambang!
Di Louvre saya liat Liberty Leading to People, cerita tentang revolusi Pransis dan lukisan ini jadi cover albumnya Coldplay Viva La Vida. Lagu Viva La Vida kan juga tentang revolusi Prancis.
Di Louvre saya juga liat lukisan The Wedding at Cana yang gueede banget bersebrangan sama lukisan Monalisa. Kisah dalam lukisan itu ketika Jesus merubah air menjadi wine dalam perjamuan pernikahan karena wine nya habis. Simbolism story yang menceritakan sifat ketuhanannya Jesus.
Di Louvre saya liat lukisan Coronation of Napoleon yang detaaail sekali. Lukisan yang dipesan khusus oleh Napoleon untuk mengabadikan pelantikannya. Semacam foto karena orang orang yang ada di lukisannya adalah nyata.
Di Louvre saya pengen nangis liat lukisan2 dilangit langit Apartment nya Napoleon. Over the top.
Kenapa lukisan lukisan jaman dulu itu menarik dan penuh makna? Ya karena seniman dijaman itu (Rennaisance sama Yunani Kuno) kan bukan sekedar painter, tapi mereka juga philosopher, polymath yang pengetahuannya luas dan juga scientist. Makanya hasil karyanya complicated sarat makna. Ngerii..
Mereka membuat karya yang value of artnya berlaku sepanjang masa.
Begitu juga seniman2 waktu itu. Orang sekarang berkiblat ke Socrates, Plato, Aristotele. Semacam gak ada karya baru karena kalau ada pun pasti di klaim meniru.
Makanya juga kenapa gak ada Leonardo Davinci atau Michael Angelo atau Salvador Dali lagi.
Ini bukan tentang lukisan palsu.
Ps. Kok aku kaya orang pinter.
Komentar
Posting Komentar