Hymne Unpad dan Sayonara Bandung for A While..
Kemarin itu saat ke Bandung saya terharu untuk dua hal.
Pertama.. Untuk Hymne Unpad yang dinyanyikan oleh PSM Unpad dan para wisudawan di acara Wisuda Unpad.. Sudah lama saya engga pernah denger Hymne itu lagi.. Terakhir ya pada saat wisuda tahun 1991 (udah lama banget yaa.. 25 tahun yang laluuu). Setelah itu hilang dan lupa begitu saja. Kemarin saat wisuda anak saya Devara, saya kembali mendengar lagu itu. Tiba-tiba aja saya jadi terharu.. Semacam perasaan dejavu berada ditempat yang sama sehingga mau tidak mau perasaan saya jadi terbawa kembali ke saat-saat dulu saya berada di aula itu. Semacam perasaan terharu juga karena saat itu saya berada disitu kembali untuk mengantar anak kedua saya yang baru menyelesaikan pendidikannya di Fak. Ekonomi dan Bisnis.
Sayapun jadi flash back.. Saat wisuda dulu saya sudah bekerja di Jakarta. Rasanya engga terlalu istimewa.. Berangkat ke Bandung sendiri sehari menjelang wisuda dengan ijin dari kantor. Mungkin karena saat itu sudah menjalani kehidupan kantor jadi acara wisuda menjadi biasa-biasa saja.. Mungkin lho yaa.. Makanya saat kemarin kembali mendengar Hymne Unpad.. saya jadi kepikiran bahwa pada saat dulu itu ternyata saya seperti semacam seorang perempuan yang tangguh.. Ciiee ciee.. Sampe engga keingetan juga dulu itu udah punya pacar apa belum ya.. Penasaran.. setelah lagu Hymne Unpad selesai saya bertanya berbisik ke suami.. Pak saat aku wisuda dulu aku udah kenal kamu belum? Hahaha...
Terharu kedua.. Karena urusan saya sama kota Bandung yang berkaitan dengan anak-anak untuk sementara selesai. Angan-angan yang sejak lama terancang sudah terwujud. Saya yang menginginkan anak-anak untuk kuliah di Bandung. Bahkan sejak dulu saya sudah berangan-angan bahwa anak saya akan kuliah di ITB. Sama halnya seperti nama anak pertama saya, Addra,. yang sudah saya siapkan jauh sebelum dia muncul dipermukaan bumi, bahkan sebelum saya tahu siapa yang akan menjadi suami saya. Complicated ya saya orangnya.. engga doong.. saya itu hanya seperti seorang designer atau seorang planner.. And I am stick to whatever I have designed to happen.
Dan saya juga yang menentukan bahwa kedua anak itu akan tinggal di rumah kos di daerah Tubagus Ismail. Pertimbangannya, daerah Tubagus Ismail dekat dengan kedua kampus.. ITB dan Unpad. Jaman kuliah dulu saya sering main ke tempat kos teman-teman di Tubagus. Jadi udah jelas lah itu temasuk obsesi masa lalu juga ya.. haha entahlah..
Halaman rumah kos bersama. |
Lalu Devara memohon untuk pindah kos.. karena disitu isinya anak teknik semua yang engga asik.. yang kalau papasan sama saya dilorong kamar hanya ngangguk dan senyum. Maka pindahlah dia ke rumah sebelah yang anak-anaknya kebanyakan sekampus, Kompak dan lebih supel.. :D
Tidak susah mendampingi anak-anak itu.. Anak pertama passionnya berhubungan dengan hal-hal kemiliteran sehingga dia ikutan menjadi anggota Menwa dan commited kepada segala kegiatan yang terkait termasuk beberapa kali bergabung dengan Tim Basarnas untuk membantu mencari teman mereka yang hilang. Dan tentu itu juga menjadi suatu pelajaran yang sangat berharga untuk saya. Untuk mengalahkan rasa cemas dengan rasa toleran, rasa empati sebagai sesama orangtua.
Sekali deng saya merasa harus bertanggungjawab atas ulah yang saya perbuat pada jaman kuliah. Yaitu pada saat menghadiri pelantikan anak saya menjadi Komandan Menwa Batalyon I. Years ago bersama teman-teman Sastra saya kerap ngeledek dan mencibir Menwa. Bahkan saat itu kayanya musuhan deh antara anak Sastra dan Menwa Unpad (Menwanya Unpad itu Batalyon II). Bahkan pernah saat mau menuju ruang kuliah, dengan sengaja saya lewat didepan deretan Menwa yang sedang upacara. Sengaja lewat didepannya tanpa berbelok menghindar dan lewat belakang barisan. Suatu tindakan yang engga sopaaan... Ternyata alam semesta bekerja begitu sempurna.. Beberapa tahun kemudian saya diminta untuk bertanggungjawab atas perbuatan saya itu dengan menghadiri upacara pelantikan anak saya menjadi Komandan Batalyon I Resimen Mahasiswa ITB.
Kalau anak kedua, Devara, lebih calming. Passionnya futsal.. satu-satunya masalah yaitu selalu berkaitan dengan cedera lutut. Berkali-kali dianjurkan untuk stop bermain futsal karena cederanya itu.. Tapi passion is passion.. Futsal tetep jalan teruus.. Dan sebagai anak ekonomi tentu saja lebih senang bergaul dan berteman..
Satu persatu anak-anak itu sekarang selesai kuliah. Diaddra sudah selesai setahun yang lalu.
Karena kedua anak ini besar dan tumbuh bersama sekarang saat masa-masa itu berlalu.. kok kayanya ada yang hilang ya..
Surely my parenting journey is now stepping into the next level.. Dan waktu berjalan sangat cepat..
Semoga Allah senantiasa mendampingi perjalanan kehidupan mereka..
Tuh kan,, aku mah orangnya emang suka melo..
Semarang, 11.8.2016
Ditulis saat menunggu Dristand pulang sekolah.
Komentar
Posting Komentar